
Perkembangan Islam di Indonesia tidak terlepas dari adanya beberapa
bangunan masjid. Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk
bersembahyang orang muslim. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw. : “di
manapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid”. Masjid di setiap
daerah mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi arsitektur. Dalam segi
arsitektur sering terjadi akulturasi dengan budaya setempat atau budaya lokal.
Akulturasi merupakan proses pembudayaan lewat pencampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan mempengaruhi. Pencampuran
dan perpaduan budaya itu biasa berkenaan dengan wujud budaya yang
monumental. Salah satu bentuknya terdapat pada bidang seni bangun, sebagai
contoh penampilan arsitektur masjid Taqwa Tompong (Kabupaten Bantaeng,
Provinsi Sulawesi Selatan) yang memperlihatkan adanya wujud akulturasi
budaya lokal, Cina, maupun Eropa.
Penelitian tentang akulturasi budaya pada arsitektur masjid Taqwa
Tompong adalah penelitian lapangan (Field research) dan penelitian
kepustakaan (Library research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui unsur budaya mana saja yang mempengaruhi arsitektur
masjid Taqwa Tompong dan bentuk akulturasi pada arsitektur masjid tersebut.
Adapun rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ini antara lain:1.
Pengaruh budaya apa saja yang ada pada arsitektur masjid Taqwa Tompong?
2. Adakah pengaruh budaya lokal pada arsitektur masjid Taqwa Tompong? 3.
Bagaimana pengaruh dan wujud budaya lokal tersebut pada arsitektur masjid
Taqwa Tompong?.
Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai akulturasi
budaya pada arsitektur masjid Taqwa Tompong, teori yang digunakan adalah
teori akulturasi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya dengan pendekatan
historis.
Hasil penelitian membuktikan bahwa masjid Taqwa Tompong
dibangun tahun 1887 M (22 Jumadil Akhir 1304 Hijriyah) atas prakasa raja
Bantaeng Karaeng Panawang bersama adat 12. Dari segi arsitektur masjid
Taqwa Tompong merupakan perpaduan Timur dan Barat. Budaya Cina, Eropa,
Arab dan lokal. Pada atap masjid Taqwa Tompong berbentuk tumpang
bersusun tiga yang pada puncaknya diberi hiasan tempayan keramik ming,
berfungsi sebagai mustaka. Tubuh mesjid terdiri dari tembok dengan 5 buah
pintu masuk dan 6 buah jendela, diatas tiap pintu masuk terdapat hiasan
Kaligrafi Al-Qur’an, didalam tubuh mesjid terdapat 4 buah soko guru. Di
dalam mesjid terdapat pula mimbar untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu
dengan relief dan kaligrafi. Perpaduan budaya ini menjadi ciri khas Masjid
Taqwa Tompong.
Kata Kunci : Akulturasi - Arsitektur - Masjid Taqwa Tompong

Tidak ada komentar:
Posting Komentar