masjid tertua. Masjid ini juga menjadi saksi bisu sejumlah pertemuan raja, pemangku adat dua belas, serta aktivitas
penyebar agama Islam di Bantaeng, pada masa lalu.
Pada tahun 1887, pesatnya penyebaran agama Islam di Bantaeng mencapai puncaknya. Kondisi ini membuat para
pemangku adat dua belas, –“legislator” pada masa itu, mengusulkan untuk membangun langgar.
Walhasil, Raja Bantaeng, Karaeng Panawang, yang merupakan raja pertama, menyetujuinya.
Setelah melalui musyawarah panjang. Langgar pun dibangun di kampung Tompong, untuk menjadi tempat beribadah
umat Islam, dan melakukan pengajian, serta kegiatan-kegiatan penyebaran Islam. Tempat ini juga kerap digunakan
raja bersama para pemangku adat dengan melakukan pertemuan dan rapat.

dibangun oleh Raja Bantaeng, Pemangku Adat 12, atas bantuan seorang pedagang kaya asal Wajo Kabupaten
Sengkang, bernama La Bandu.
La Bandu ini yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid. Meski dari Wajo, La Bandu tinggal dan menetap di
Bantaeng. Dia beristri dengan orang Bantaeng. La Bandu kemudian mendatangkan arsitek asal Bone, bernama La
Pangewa untuk membangun masjid.
dan menarik. Di dalam masjid ada empat tiang beton, berarti empat sahabat Nabi Muhammad saw, yaitu Abu Bakar As
Siddiq, Umar bin Khattab,Usman bin Affan, dan Ali Bin Abu Thalib. Empat tiang ini tidak pernah diganti, cuma dilapisi
tegel.
Selain itu, langit-langit masjid yang memiliki 17 balok rangka menandakan 17 rakaat sholat lima waktu. Selain itu masjid
ini punya lima pintu. Artinya lima rukun Islam, dan enam jendela, yaitu enam rukun iman. Sejak dibangun, bentuk
masjid yang sarat filosofis tersebut tak pernah diubah.
Masjid Tompong berdiri di atas lahan 857 meter persegi. Masjid ini juga banyak menyimpan peninggalan sejarah
penyebaran Islam. Diantaranya adalah puncak atap masjid yang berbentuk tumpeng tiga. Pada bagian pucuknya,

juga masih tersimpan Al-quran tua yang ayat-ayatnya itu ditulis tangan.
Mesjid Taqwa Tompong itu memiliki tinggi 16 meter, terdiri dari tiga tingkat. Untuk saat ini pada tingkat kedua dan tiga
tidak lagi difungsikan.
Sebelumnya tingkat kedua dan tiga digunakan untuk tempat belajar agama dan mengaji bagi
anak-anak setempat, dan juga tempat adzan.
Masjid Taqwa Tompong masih mempertahankan bentuk asli bangunannya, namun untuk menghindari terkelupasnya
dinding masjid karena sudah berumur ratusan tahun, mesjid tersebut dipasangkan keramik tambahan pada dindingnya.
Sampai sekarang, selain sebagai tempat beribadah, masjid kuno ini juga dijadikan sebagai tempat pertemuan untuk
membahas permasalahan yang dihadapi warga sekitar. //
Tidak ada komentar:
Posting Komentar